031. Tanduk Alam - Sumatera Selatan


In the days of yore, there was a religious leader of the Islamic State of Palembang, South Sumatra named Hasan Tanduk Alam or better known as Tanduk Alam. At one point, he wandered into the State Banggai to trade and spread Muslim. But before arriving in the land of Banggai, he stopped and settled in the Land of Sea - Sea.

When he first lived in the Sea - Sea, Tanduk Alam worked as a goldsmith and make various kinds of jewelry. At first he sold the craft villages, teaching Islam to the population, so it is not only known as a goldsmith, but also as scholars. The longer, Tanduk Alam was not only known among the population, but also among the palace Banggai State. The country was led by King Adi Cokro and assisted by four helpers Basalo or the assistent of King.

One day, the palace and all the people of the State of Banggai uproar, as the daughter of King Adi Cokro suddenly disappeared. The king immediately ordered the entire army and people to look for his daughter. However, after looking into all corners of the State of Banggai, they did not find the Princess. They just heard the news that the King's daughter is kidnapped and hidden by those Tobelo at the behest of King Sago island of Ternate who wanted to rule the Kingdom of Banggai.

Hearing the news, Adi Cokro King immediately summoned four basalonya to negotiate.

The fourth Basalo immediately went to the Land - Sea Sea Tanduk Alam to call. Some time later , Tanduk Alam came to the king to wear his greatness.

The next day, with four Basalo Tanduk Alam departed to the island by boat Sago screen. On the way to the island Sago, they schemed.

At midnight, they arrived at the Sago Island. Tanduk Alam immediately rose to the island. When set foot on the island of Sagu, Tanduk Alam immediately sat cross-legged while praying to God Almighty. A few moments later, he suddenly disappeared. How shocked the fourth Basalo witnessed the event from the top of a sailboat. They were amazed at the magic that is owned by the Tanduk Alam.

While the fourth Basalo waiting on a sailboat while in case of enemy attack, Tanduk Alam has been sneaking into the hiding place without the knowledge of the daughter of King Tobelo people who were on guard. Arriving at the place, he saw his daughter locked in a room. While the people in charge of maintaining the room Tobelo was fast asleep. Tanduk Alam immediately opened the room door slowly, then approached the Princess is also being asleep and wake soon. What a surprise the Princess when she woke up and saw a young man cloaked nearby.

The Princess also obey the word of Tanduk Alam. When the Princess closed her eyes, Tanduk Alam princess holding hands while reciting prayers. A moment later, they both disappeared from the room. Not long ago, suddenly they are in a boat. The fourth Basalo astonishment at the sight of the Tanduk Alam and the Princess suddenly appeared beside them.

The Fourth Basalo immediately execute commands Tanduk Alam. The next day, when the sun was rising on the eastern horizon, they arrived in the land of Banggai and immediately brought the Princess to the palace. Their arrival was greeted by the royal family and all the people of the State of Banggai. King Adi Cokro were struck by the success of the Tanduk Alam took home his beloved daughter. King Adi Cokro also admitted and praised the abilities and magic Tanduk Alam.

King Adi Cokro was more in awe of the generosity of Tanduk Alam. He immediately ordered the palace guards to open the plantation land and clean up the marshes. Once everything is finished, Tanduk Alam started the planting durian plantation and sago swamps.
A few years later, Tanduk Alam obtain abundant results. His life became more prosperous. Seeing his success, Tanduk Alam always invites residents to open up the surrounding land and planted durian and sago. Residents flocked about following in the footsteps of Tanduk Alam. As a result, their lives too prosperous.

Since then, Tanduk Alam Banggai increasingly favored by society. Thus, it can broadcast the Islamic religion in the Banggai easily. Especially after he married the daughter Basalo Bonunungan Tano, he more easily carry out their duties. In a short time, Muslims in the State of Banggai, particularly in the Land Sea-Sea and Tano Bonunungan increasing.

That spread of Islam made ​​by Tanduk Alam in Banggai State until he died. To appreciate the merits of the State Tanduk Alam of Banggai, local community body was buried behind the palace Banggai Kingdom.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Pada zaman dahulu kala, ada seorang pemuka agama Islam dari Negeri Palembang, Sumatra Selatan yang bernama Hasan Tanduk Alam atau lebih dikenal dengan Tanduk Alam. Suatu ketika, ia mengembara ke Negeri Banggai untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Namun sebelum tiba di Negeri Banggai, ia singgah dan menetap di Tanah Sea-Sea.

Ketika pertama kali tinggal di Tanah Sea-Sea, Tanduk Alam bekerja sebagai tukang emas dan membuat berbagai macam perhiasan. Mula-mula ia menjual hasil kerajinannya ke desa-desa sambil mengajarkan agama Islam kepada penduduk, sehingga ia tidak hanya dikenal sebagai tukang emas, tetapi juga sebagai ulama. Makin lama, Tanduk Alam pun tidak hanya dikenal di kalangan penduduk, tetapi juga di kalangan istana Negeri Banggai. Negeri tersebut dipimpin oleh Raja Adi Cokro dan dibantu oleh empat orang basalo atau pembantu raja.
Pada suatu hari, kalangan istana dan seluruh rakyat Negeri Banggai gempar, karena putri Raja Adi Cokro tiba-tiba hilang. Sang Raja pun segera memerintahkan kepada seluruh bala tentara dan rakyat untuk mencari putrinya. Namun, setelah mencari ke seluruh penjuru Negeri Banggai, mereka tidak menemukan sang Putri. Mereka hanya mendengar kabar bahwa putri Raja diculik dan disembunyikan oleh orang-orang Tobelo di Pulau Sagu atas perintah Raja Ternate yang ingin menguasai Kerajaan Banggai.

Mendengar kabar itu, Raja Adi Cokro segera memanggil keempat basalonya untuk mengadakan perundingan.

Keempat basalo tersebut segera berangkat ke Tanah Sea-Sea untuk memanggil Tanduk Alam. Beberapa lama kemudian, Tanduk Alam pun datang menghadap Raja dengan mengenakan pakaian kebesarannya.

Keesokan harinya, Tanduk Alam bersama keempat basalo tersebut berangkat ke Pulau Sagu dengan menggunakan perahu layar. Dalam perjalanan menuju Pulau Sagu, mereka pun mengatur siasat.

Pada saat tengah malam, mereka pun sampai di Pulau Sagu. Tanduk Alam pun segera naik ke pulau itu. Saat menginjakkan kaki di Pulau Sagu, Tanduk Alam segera duduk bersila sambil berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia menghilang. Betapa terkejutnya keempat basalo tersebut menyaksikan peristiwa itu dari atas perahu layar. Mereka takjub melihat kesaktian yang dimiliki oleh Tanduk Alam.

Sementara keempat basalo tersebut menunggu di perahu layar sambil berjaga-jaga dari serangan musuh, Tanduk Alam telah menyelinap masuk ke tempat disembunyikannya putri Raja tanpa sepengetahuan orang-orang Tobelo yang sedang berjaga-jaga. Sesampainya di tempat itu, ia melihat sang Putri dikurung di dalam sebuah ruangan. Sementara orang-orang Tobelo yang bertugas menjaga ruangan itu sedang tertidur lelap. Tanduk Alam pun segera membuka pintu ruangan itu secara perlahan-lahan, lalu mendekati sang Putri yang juga sedang tertidur dan segera membangunkannya. Alangkah terkejutnya sang Putri saat ia terbangun dan melihat seorang pemuda berjubah di dekatnya.

Sang Putri pun menuruti perkataan Tanduk Alam. Saat sang Putri memejamkan matanya, Tanduk Alam memegang kedua tangan sang Putri sambil membaca doa. Sesaat kemudian, keduanya pun menghilang dari ruangan itu. Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba mereka berada di atas perahu. Betapa terkejutnya keempat basalo tersebut saat melihat Tanduk Alam dan sang Putri tiba-tiba muncul di samping mereka.

Keempat basalo itu segera melaksanakan perintah Tanduk Alam. Keesokan harinya, saat matahari mulai terbit di ufuk timur, mereka tiba di Negeri Banggai dan segera membawa sang Putri ke istana. Kedatangan mereka pun disambut meriah oleh keluarga istana dan seluruh rakyat Negeri Banggai. Raja Adi Cokro sangat kagum atas keberhasilan Tanduk Alam membawa pulang putri kesayangannya. Raja Adi Cokro pun mengakui dan memuji kemampuan dan kesaktian Tanduk Alam.

Raja Adi Cokro pun semakin kagum terhadap kemuliaan hati Tanduk Alam. Ia pun segera memerintahkan para pengawal istana untuk membuka lahan perkebunan dan membersihkan rawa-rawa. Setelah semuanya selesai, Tanduk Alam pun memulai menanam durian di lahan perkebunan dan sagu di rawa-rawa.
Beberapa tahun kemudian, Tanduk Alam memperolah hasil yang melimpah ruah. Hidupnya pun semakin sejahtera. Melihat keberhasilannya itu, Tanduk Alam senantiasa mengajak penduduk di sekitarnya untuk membuka lahan dan menanam durian dan sagu. Penduduk sekitar pun berbondong-bondong mengikuti jejak Tanduk Alam. Alhasil, hidup mereka pun ikut sejahtera.

Sejak itu, Tanduk Alam semakin disukai oleh masyarakat Banggai. Dengan demikian, ia dapat menyiarkan agama Islam di daerah Banggai dengan mudah. Apalagi setelah ia menikah dengan putri basalo Tano Bonunungan, ia semakin mudah melaksanakan tugasnya. Dalam waktu singkat, pemeluk agama Islam di Negeri Banggai, khususnya di Tanah Sea-Sea dan Tano Bonunungan semakin bertambah.

Begitulah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Tanduk Alam di Negeri Banggai sampai ia meninggal dunia. Untuk menghargai jasa-jasa Tanduk Alam terhadap Negeri Banggai, masyarakat setempat mengubur jazadnya di belakang istana Kerajaan Banggai.

:: Orang yang Selalu Berbuat Kebaikan Pasti akan Selalu Diberikan Kemudahan Dalam Hidupnya ::

No comments:

Post a Comment