055. About a Child with His Father - Tentang Seorang Anak kepada Ayahnya


Friend,

Once upon a time, there was a boy who cried to see his favorite teacher. The kids wanted to walk away the teacher came to the house. The boy was about 12 years old. His name is Ade.

"Teacher, I hate my dad! ... Hated it, "he yelled as he approached his teacher.

"Calm down Ade ... quiet ... "the teacher tried to calm Ade, child sobbing, hugging herself.

"Why hate Ade Dad? Tell me in peace."

"Teacher, he often yelled at ... He often tweak! Recently, scolded ... Anyway I hate him! "Ade said, crying.

"Calm down, before Ade ...", said the teacher, as he picked up a paper and a pen, which is then given to Ade.

"Try Ade wrote in this paper, what are the shortcomings Dad Ade, Ade was a kid since until now ..." said the teacher told Ade. Ade was astonished as he wiped his tears. He looked at the paper that offered teacher.

Slowly one by one Ade began writing his father lacked. His father shout, like he pinched and angry. He wrote one by one in the paper.

"It Ade? ... If so, now try to write down all the advantages and the good father, since Ade was very young until now ... Come on, write ... "asked the teacher.

Ade moment to think, with a leaning upwards, trying to remember his past. Until one by one he writes excess and good father. His father bought a toy, invited to play in the garden, picked his up, buy ice cream, accompanied him to learn, and more.

"It Ade?" Asked the teacher gently. Ade nodded his head, staring at the face of the teacher.

"Now try to look at, is far more good father and advantages, shortcomings and vices than your father. Then why Ade still hate him? Should Ade, thank God, because given the Father who loves you."

"You know, Ade, when you are still in the mother's womb. Your father was very happy to hear that he would be a father. He told all his friends. He proudly told me that he would be a father. This child will Insha Allah be a pious child or pious, useful for Religion, state and nation. That's the word that was spoken father to his friends.

"Do you know, when your mother will give birth to you? He helter skelter looking for the best midwife, so that you are born in this world with a healthy and perfect. He did not care how much it cost. Until the time he cried with joy when I saw you born healthy. Thanksgiving prostration he did tuk appreciate His gifts, praying that you become a pious child, and worship."

"Do you know, when you were a baby, your father and mother who cleans feces. When you have difficulty breathing because of a cold, his nose sucking dirt with his mouth ..."

"Surely you remember Ade? When you have school, he had to buy uniforms, books, shoes, and other you. Do you know Ade, that he had debts here and there to buy it all. He volunteered to work all day to pay off the debt."

"So, is it worth Ade hate him" asked the teacher.

Ade looked down, and his tears flowed again. "Not worth the teacher." he replied softly sobbing.

"Well, go home immediately. Surely he is looking everywhere for worry you. Apologize to him. And promise will be a pious child dutiful to parents."

"Tok ... tok ... tok ... Assalamualaikum! "Suddenly there came a knock at the door guest house.

"Waalaikum Salam!" Teacher immediately opened the door.

Ade shocked to see a man who was in front of the door. Ade immediately got up and hugged him. Yapz, guests it was his father who is looking for Ade. The teacher just looked thrilled to see the two of them embraced


= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

My friends, this story may be similar to our experiences to our Father. There may be those among us who still hate our father, because of his not match our expectations. Have you given his services to us, before considering his shortcomings?

Friend, you know ... Our father is the best of men who love us. Maybe his attitude does not match our expectations. But rest assured, never doubted, would grandiosity sincerity and love for us. Rest assured that friend.


Sahabat,

Alkisah suatu ketika, ada seorang anak yang menangis menemui guru kesayangannya. Sang anak rela berjalan jauh mendatangi rumah gurunya tersebut. Anak itu berumur sekitar 12 tahun. Namanya Ade.

“Pak Guru, aku benci pada Ayahku!... Benci sekali!” teriaknya sambil mendekati gurunya.

“Tenang dulu Ade... tenang...” sang guru mencoba menenangkan Ade, anak yang menangis tersedu-sedu, sambil memeluk dirinya.

“Kenapa Ade membenci Ayah? Coba katakan dengan tenang.”

”Pak Guru, Ayah sering membentakku... Ayah sering menjewerku! Baru saja, saya dimarahin... Pokoknya aku benci dia!” jawab Ade sambil menangis.

”Tenang, dulu Ade...”,ucap Gurunya, sambil mengambil sebuah kertas dan pena, yang kemudian diberikan kepada Ade.

”Coba Ade tuliskan di kertas ini, apa saja kekurangan Ayah Ade, sejak Ade masih kecil hingga sekarang...” kata sang guru kepada Ade. Ade terheran-heran sambil mengusap air matanya. Dia menatap kertas yang disodorkan gurunya.

Perlahan-lahan Ade mulai menuliskannya satu persatu kekurangan Ayahnya. Ayahnya yang suka membentak, suka menjewer dia, dan marah-marah. Dia tulis satu persatu dalam kertas tersebut.

”Sudah Ade?... Kalau sudah, sekarang coba tuliskan segala kelebihan dan kebaikan Ayahmu, sejak Ade masih kecil sekali hingga sekarang... Ayo, tuliskan...” pinta gurunya.

Sejenak Ade berfikir, dengan pandangan condong keatas, mencoba mengingat masa lalunya. Hingga satu persatu ia tuliskan kelebihan dan kebaikan ayahnya. Ayahnya yang suka membelikan dia mainan, mengajak bermain di taman, menggendongnya, membelikan es krim, menemaninya belajar, dan lainnya.

”Sudah Ade?” tanya sang guru dengan halus. Adepun menganggukkan kepalanya, sambil menatap wajah sang guru.

”Nah coba perhatikan, ternyata jauh lebih banyak kebaikan dan kelebihan Ayahmu, dibandingkan kekurangan dan keburukan Ayahmu. Lalu kenapa Ade masih membenci beliau? Harusnya Ade, bersyukur kepada Allah, karena diberikan Ayah yang mencintaimu.”

”Tahukah Ade, ketika engkau masih berada dalam kandungan Ibu. Ayah sangat senang mendengar bahwa beliau akan menjadi ayah. Beliau memberitahu kepada seluruh temannya. Dengan bangga dia bercerita bahwa ia akan menjadi bapak. Anak ini Insya Allah akan menjadi anak yang sholeh, berguna bagi Agama, bangsa dan negara. Itulah kata-kata yang diucapkan Ayahmu kepada teman-temannya”

”Tahukah engkau, ketika ibumu akan melahirkan dirimu? Beliau pontang panting mencari bidan terbaik, agar engkau lahir di dunia ini dengan sehat dan sempurna. Beliau tak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Hingga tiba saatnya beliau menangis bahagia ketika melihat dirimu lahir dengan sehat. Sujud syukur dia lakukan tuk mensyukuri karunia-Nya, sambil berdoa agar dirimu menjadi anak yang sholeh, dan berbakti.”

”Tahukah engkau, ketika engkau masih bayi, Ayahmu dan Ibumulah yang membersihkan kotoranmu. Ketika engkau sulit bernafas karena pilek, beliau yang menyedot kotoran hidungmu dengan mulut beliau...”

”Pasti engkau ingat Ade? Ketika engkau harus sekolah, beliau harus membelikan seragam, buku, sepatu, dan lain-lain untukmu. Tahukah engkau Ade, bahwa beliau harus hutang sana sini untuk membelikan itu semua. Beliau merelakan bekerja seharian untuk membayar hutang-hutang itu.”

”Lalu, apakah pantas Ade membenci Beliau?” tanya sang guru.
Ade menunduk, dan air matanya mengalir kembali. ”Tidak pantas Pak Guru.” jawabnya lirih sambil tersedu-sedu.

”Nah, pulanglah segera. Pasti beliau sedang mencarimu kemana-mana karena mengkhwatirkanmu. Minta maaflah kepada Beliau. Dan berjanjilah akan menjadi anak yang sholeh yang berbakti kepada orang tua.”

”Tok... tok... tok... Assalamualaikum!” tiba-tiba terdengar seorang tamu mengetok pintu rumah.
“waalaikum salam!” Pak Guru segera membukakan pintu.

Ade terperanjat kaget melihat seorang pria yang berada di depan pintu itu. Adepun langsung beranjak berdiri dan memeluknya. Yapz, tamu itu adalah ayahnya yang sedang mencari Ade. Sang Guru hanya menatap terharu melihatnya mereka berdua berpelukan.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Sahabatku, mungkin kisah ini sama dengan pengalaman kita kepada Ayahanda kita. Mungkin ada diantara kita yang masih membenci Ayah kita, karena sikapnya yang tidak sesuai dengan harapan kita. Sudahkah engkau mengingat jasa beliau kepada kita, sebelum mengingat kekurangan beliau?

Sahabat, ketahuilah... Ayah kita adalah sebaik-baik lelaki yang mencintai kita. Mungkin sikapnya tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi yakinlah, jangan pernah meragukan, akan ketulusan dan kebesaran cintanya kepada kita. Yakinlah itu sahabat.

No comments:

Post a Comment