073. The Tailor Shoes and Liliput - Tukang Sepatu dan Liliput


Long ago, in the town of Grandpa and Grandma lived a shoemaker. They are very good. The grandfather who made the shoes while grandmother who sold it. The money obtained from each shoe sold always bought a lot of food to be shared and consumed by elderly people who are poor and children who no longer have parents. Therefore despite Drudge, they always run out of money. Because their money was gone, with the remaining leather shoe material, grandfather made shoes red. Grandpa said to Grandma, "If the shoe is sold, we can buy food for the feast later.

Shortly after that, flapping a little girl barefoot in front of their stores. "What a pity that girl! Amid the cold weather like this do not wear shoes. " Finally they gave the red shoes to the little girl."What may make, God will help us," said the grandfather. Night falls, they too fall asleep soundly. When strange events occurred. Emerged from the forest dwarves carrying leather shoes, took her to the old man and then make a very good pair of shoes. When it was finished they returned to the forest.The next morning the grandfather was very surprised to see a pair of shoes is very great. The shoes were sold at high prices. With the sale of the shoes they prepare the food, and lots of gifts to share with small children on the feast. "This is all grace of the Almighty".

The next night, voices the room is working grandfather. Grandparents and peek, and saw the dwarves are not being made to wear shoes.

"Wow," cried the old man. "It turns out that make shoes for us is the dwarf".

"They must have been cold because they do not wear clothes," continued the grandmother. "I'll make clothes for them as a token of gratitude". Then the grandmother cut the fabric, and make clothes for the dwarf. While the grandfather did not stay silent. He also made the shoes for tiny dwarves. Once completed they juxtapose shoes and clothes the dwarves in his room. They also set the table, prepare the food and cakes are delicious on the table.At midnight, the dwarves arrive. How surprised they were to see so many foods and prizes in the workspace grandfather.

"Wow, beautiful clothes". They soon wear clothes and shoes that deliberately prepared grandparents. When finished eating, they danced happily. In the following days the dwarves never came back.But since then, the shoes are made Grandpa always selling. So even though they always give food to the poor and orphans, their money still left to save. After that, it took my grandfather and grandmother and lived happily until the end of their life.


= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Dahulu kala, disebuah kota tinggal seorang Kakek dan Nenek pembuat sepatu. Mereka sangat baik hati. Si kakek yang membuat sepatu sedangkan nenek yang menjualnya. Uang yang didapat dari setiap sepatu yang terjual selalu dibelikan makanan yang banyak untuk dibagikan dan disantap oleh orang-orang jompo yang miskin dan anak kecil yang sudah tidak mempunyai orangtua. Karena itu walau sudah membanting tulang, uang mereka selalu habis. Karena uang mereka sudah habis, dengan kulit bahan sepatu yang tersisa, kakek membuat sepatu berwarna merah. Kakek berkata kepada nenek, “Kalau sepatu ini terjual, kita bisa membeli makanan untuk Hari Raya nanti.
Tak lama setelah itu, lewatlah seorang gadis kecil yang tak bersepatu di depan toko mereka. “Kasihan sekali gadis itu ! Ditengah cuaca dingin seperti ini tidak bersepatu”. Akhirnya mereka memberikan sepatu berwarna merah tersebut kepada gadis kecil itu.
“Apa boleh buat, Tuhan pasti akan menolong kita”, kata si kakek. Malam tiba, merekapun tertidur dengan nyenyaknya. Saat itu terjadi kejadian aneh. Dari hutan muncul kurcaci-kurcaci mengangkut kulit sepatu, membawanya ke rumah si kakek kemudian membuatnya menjadi sepasang sepatu yang sangat bagus. Ketika sudah selesai mereka kembali ke hutan.

Keesokan paginya kakek sangat terkejut melihat ada sepasang sepatu yang sangat hebat. Sepatu itu terjual dengan harga mahal. Dengan hasil penjualan sepatu itu mereka menyiapkan makanan dan banyak hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak kecil pada Hari Raya. “Ini semua rahmat dari Yang Maha Kuasa”.  

Malam berikutnya, terdengar suara-suara diruang kerja kakek. Kakek dan nenek lalu mengintip, dan melihat para kurcaci yang tidak mengenakan pakaian sedang membuat sepatu. “Wow”, pekik si kakek. “Ternyata yang membuatkan sepatu untuk kita adalah para kurcaci itu”. “Mereka pasti kedinginan karena tidak mengenakan pakaian”, lanjut si nenek. “Aku akan membuatkan pakaian untuk mereka sebagai tanda terima kasih”. Kemudian nenek memotong kain, dan membuatkan baju untuk para kurcaci itu. Sedangkan kakek tidak tinggal diam. Ia pun membuatkan sepatu-sepatu mungil untuk para kurcaci. Setelah selesai mereka menjajarkan sepatu dan baju para kurcaci di ruang kerjanya. Mereka juga menata meja makan, menyiapkan makanan dan kue yang lezat di atas meja.

Saat tengah malam, para kurcaci berdatangan. Betapa terkejutnya mereka melihat begitu banyaknya makanan dan hadiah di ruang kerja kakek. “Wow, pakaian yang indah!”. Mereka segera mengenakan pakaian dan sepatu yang sengaja telah disiapkan kakek dan nenek. Setelah selesai menyantap makanan, mereka menari-nari dengan riang gembira. Hari-hari berikutnya para kurcaci tidak pernah datang kembali.
Tetapi sejak saat itu, sepatu-sepatu yang dibuat Kakek selalu laris terjual. Sehingga walaupun mereka selalu memberikan makan kepada orang-orang miskin dan anak yatim piatu, uang mereka masih tersisa untuk ditabung. Setelah kejadian itu semua, Kakek dan dan nenek hidup bahagia sampai akhir hayat mereka.


:: sesuatu yang kita berikan dengan ikhlas, pasti akan dibalas dengan yang baik pula ::

No comments:

Post a Comment