016. Malin Kundang - Sumatera Barat


The village of West Sumatra, a mother living with her ​​son named Malin Kundang. The child was naughty, but smart. Scars backs Malin Kundang hand bodes for his mother.


One day Malin asked his mother for permission to go wander. One day, when he was already a wealthy merchant, he promised to return.

His mother was sad because Malin's father never returned after going to leave. But finally she took off her son.

Malin Kundang wander aboard a ship owned by a wealthy merchant. During the ship above, Malin learned a lot to the crew.

He arrived in the big town. He works for a merchant there. He works very diligently so he appointed pet trade. Merchants and even then marry her with Malin. Malin was so rich.


One day, Malin and his entourage went sailing to his village.

Malin's mother was very excited when she see a big ship pulled in the dock. She saw a married couple fancy dress standing in front of deck of the ship. She immediately go up. She believes it is her youth when she saw the hand backs scarred youth.

"Malin Kundang, my son, you're home, boy ! Why so long you just come back, boy ! Malin 's mother cried as she hugged Malin.

Malin was very surprised to see a shabby old woman suddenly hugged him. He release of the woman with a rough embrace. His wife asked who the shabby old woman.

Malin smugly replied, " I do not know dear.. I think she's crazy who claim as my mother." Malin actually know that it was his mother, but he was embarrassed to admit it in front of his wife and children.

Malin's mother was deeply hurt. She did not think her heart to be harsh and not recognize it as a mother. She was very sad so spoken, "If it is true you are my son, let you into stone"

Malin Kundang even laughed at the his mother's said. He immediately ordered his crew to leave the dock. However, when the great ship began to leave the dock, suddenly there came a great storm. The storm hit the ship Malin until destroyed. A mid the panic, Malin Kundang body stiffen and harden into a rock.

Until now, Malin Kundang stone can still be seen in Manih Aia Beach (Sweet Water), in West Sumatra.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =


Didesa Sumatera Barat, seorang ibu hidup dengan anaknya yang bernama Malin Kundang. Anak itu nakal, tetapi cerdas. Bekas luka dipunggung tangan Malin Kundang menjadi pertanda bagi ibunya.


Suatu hari Malin minta izin kepada ibunya untuk pergi merantau. Suatu hari, kalau ia sudah menjadi pedagang yang kaya raya, ia berjanji akan kembali.

Ibunya sedih karena ayah Malin tidak pernah kembali setelah pergi merantau. Namun akhirnya ia melepas anaknya.

Malin kundang merantau dengan menumpang sebuah kapal milik saudagar kaya raya. Selama diatas kapal itu, Malin belajar banyak kepada para awak kapal.


Ia sampai disebuah kota besar. Ia bekerja kepada seorang saudagar disana. Ia bekerja sangat rajin sehingga ia diangkat jadi pekerja kesayangan. Saudagar itupun menikahkan anaknya dengan Malin. Malin pun jadi kaya raya.


Suatu hari, Malin dan rombongan pergi berlayar kekampung halamannya.


Ibu Malin sangat gembira ketika melihat sebuah kapal besar menepi didermaga. Ia melihat sepasang suami istri berpakaian mewah berdiri digeladak kapal. Ia segera naik. Ia yakin pemuda itu adalah anaknya saat melihat bekas luka dipunggung tangan sang pemuda.

“Malin Kundang, anakku, kau pulang, Nak! Kenapa begitu lama kau baru kembali, Nak! Seru ibu Malin sambil memeluk Malin.


Malin sangat terkejut melihat seorang wanita tua lusuh tiba-tiba memeluknya. Dilepaskannya rangkulan wanita itu dengan kasar. Sang istripun bertanya siapakah wanita tua yang lusuh itu.

Dengan angkuhnya Malin menjawab, “Entahlah Dik.. Kanda rasa dia orang gila yang mengaku-ngaku sebagai ibuku.” Sebenarnya Malin tau bahwa itu adalah ibunya, namun ia malu mengakui hal itu dihadapan istri dan anak buahnya.


Ibu Malin sangat terluka. Ia tak menyangka anaknya tega berlaku kasar dan tak mengakuinya sebagai Ibu. Ia sangat sedih sehingga terucap, “Kalau ternyata benar kau adalah Malin anakku, biarlah kau menjadi batu”.


Malin Kundang malah tertawa mendengar ucapan Ibu tua itu. Ia segera memerintahkan awak kapalnya untuk meninggalkan dermaga. Namun, ketika kapal besar itu mulai meninggalkan dermaga, tiba-tiba datanglah badai besar. Badai itu menghantam kapal Malin hingga hancur. Ditengah kepanikan, tubuh Malin Kundang menjadi kaku dan mengeras menjadi sebuah batu.

Sampai kini, batu Malin Kundang masih dapat dilihat di Pantai Aia Manih (Air Manis), di Sumatera Barat.


No comments:

Post a Comment